Maxim Sebagai Alternatif Aplikasi Ojek Online, Murah atau Murahan?

Pro dan kontra aplikasi Maxim membuat para pelanggan dilema akan reputasi layanan ojek online ini sebagai alternatif yang tepat atau bukan. (Ilustrasi: Aryo Bima Santoso).

Jakarta, Bima Santoso — Perusahaan penyedia layanan berbasis online memang sedang marak dalam 1 dekade terakhir ini. Termasuk perusahaan penyedia jasa transportasi online atau yang lebih akrab disebut sebagai ‘ojol’ atau ojek online. Maxim salah satunya. Aplikasi besutan Rusia yang mulai hadir di Indonesia pada tahun 2018 silam tersebut, banyak menarik perhatian para pengguna setia ojek online sebab Maxim menawarkan tarif yang terbilang lebih murah dari para platform kompetitornya.


Tarif awal yang hanya dibanderol sekitar Rp 9.000,- sampai Rp 11.000,- para penumpang sudah bisa mendapat layanan perjalanan hingga 2 kilometer. Tarif yang cukup terjangkau untuk sebuah fasilitas transportasi umum berbasis online.


Dengan tarif yang relatif murah, muncul berbagai pertanyaan dari para pelanggan mengenai kualitas dari segi layanan yang ditawarkan aplikasi kuning tersebut.


Setelah ditelusuri rupanya Maxim kerap kali mendapat cibiran dari para pelanggannya, cibiran tersebut disebabkan oleh fitur peta yang tidak akurat, kualitas driver yang masih dianggap kurang memadai, hingga estimasi waktu penjemputan yang terbilang cukup lama.


Warganet @ayupuspaF mengakui bahwa tarif yang ditawarkan Maxim memang murah dan menggiurkan, namun secara keseluruhan ia menilai bahwa aplikasi tersebut sangat lah payah. 

Sumberr: Twitter @ayupuspaF

Ditemui di daerah Cilandak, Jakarta Selatan, Sukamto selaku driver Maxim mengatakan “Jumlah (armada pengemudi) nya masih sedikit, dan lokasinya jauh-jauh,” ketika ditanyai perihal waktu penjemputan yang tidak efisien saat memesan pada aplikasi Maxim.


“Kalo di aplikasi ini (Maxim) track record pengemudi gak terlalu bepengaruh,” lanjut Sukamto yang menjadi jawaban atas pertanyaan saya tentang pelayanan driver Maxim yang kerap tidak ramah terhadap penumpang. “Jadi kalo mau nolak-nolakin orderan ya gak masalah, gak akan dapet peringatan,” lanjutnya.


Rupanya keluhan terhadap aplikasi Maxim tidak hanya datang dari para pelanggan, para pengemudi pun juga memiliki keluhannya tersendiri. Salah satu yang utama ialah para pengemudi kesulitan mendapat order.


“Orderannya gak cepet. Abis narik penumpang, biasanya harus nunggu lama baru dapet order lagi. Beda sama Grab dan Gojek,” kata Sukamto.


Mengetahui hal tersebut Sukamto pun memutuskan untuk menjadi driver ganda. Beliau juga tergabung sebagai armada driver Grab. Menurutnya, mengandalkan order dari aplikasi Maxim saja tidak lah cukup.


Kurangnya exposure yang didapat menyebabkan aplikasi Maxim menjadi sepi peminat, baik dari segi pengemudi maupun penumpang. 


Fitur di aplikasi yang masih berantakan menjadi dealbreaker bagi para penumpang untuk menggunakan aplikasi ini. Sepinya minat dari penumpang untuk menggunakan aplikasi Maxim membuat para pengemudi enggan bergabung menjadi salah satu armadanya.


Terlepas dari segala pro dan kontra aplikasi ini, kita sebagai masyarakat sudah semestinya dituntut untuk pintar dalam memilih fasilitas dan layanan yang kita butuhkan. 


Jika efisiensi harga adalah apa yang anda cari, maka Maxim mungkin menjadi salah satu alternatif tepat untuk anda. Namun jika pengalaman pengguna serta kualitas layanan yang anda kedepankan, maka anda perlu mempertimbangkan keputusan anda sebelum memilih aplikasi ini.



Aryo Bima Santoso (11821019)
Kelas: 1MA19
Kelompok 6 (Berita Teknologi)


 

Comments